Analisa Kadar Air
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air
merupakan kandungan yang penting dalam bahan pangan. Semua bahan pangan
memiliki kandungan air dalam jumlah yang berbeda-beda baik itu bahan pangan
hewani maupun nabati. Sedangkan kadar air merupakan persen air yang terkandung
dalam bahan pangan. Menurut Dwijosepputro (1994) kadar air juga salah satu
karakteristik yang sangat penting dalam bahan pangan,karena air dapat
mempengaruhi kenampakan tekstur dan cita rasa pada bahan pangan. Kadar air
dalam bahan pangan ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan
tersebut. Kadar air yang tinggi menyebabkan mudahnya bakteri,kapang,dan khamir
untuk berkembang biak,sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pangan.
Untuk
menganalisis kadar air harus memilih metode analisis yang tepat dan benar
dengan memperhatikan terlebih dahulu sifat dan keadaan bahan pangan yang akan
dianalisa. Ada beberapa metode analisis yang digunakan untuk menganalisa kadar
air suatu bahan pangan yakni : metode oven (gravimetri), metode distilasi
azeotropik, metode Karl Fischer, metode desikasi kimia, dan metode
termogravimetri.
Salah
satu merode analisa yang sering digunakan adalah metode oven (gravimetri)
dengan prinsip memanaskan bahan pada titik didih air sehingga air menguap. Oleh
karena itu pada praktikum ini akan dilakukan analisa kadar air bahan pangan
dengan metode oven (gravimetri).
1.2
Tujuan
-
Untuk mengetahui cara
pengukuran kadar air bahan pangan dan hasil pertanian.
-
Untuk mengetahui
preparasi bahan dan cara penyimpanan sampel selama menunggu bahan untuk
ditimbang.
-
Untuk mengetahui cara
pengukuran yang sesuai dengan macam bahan hasil pertanian.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Metode
Analisa Kadar Air
2.1.1
Metode Pengeringan (Oven)
Metode
oven biasa/ pengeringan yang digunakan merupakan salah satu metode
pemanasan langsung dalam penetapan kadar air suatu bahan pangan. Dalam metode
ini bahan dipanaskan pada suhu tertentu sehingga semua air menguap yang
ditunjukkan oleh berat konstan bahan setelah periode pemanasan tertentu.
Kehilangan berat bahan yang terjadi menunjukkan jumlah air yang terkandung.
Metode ini terutama digunakan untuk bahan-bahan yang stabil terhadap pemanasan
yang agak tinggi, serta produk yang tidak atau rendah kandungan sukrosa dan
glukosanya seperti tepung-tepungan dan serealia (AOAC 1984).
Prinsipnya
menguapkan air yang ada dalam bahan dengan jlaan pemanasan. Kemudian menimbang
bahan sampai berat konstan berarti semua air sudah diuapkan. Cara ini relatif
mudah dan murah. Kelemahannya antara lain:
-
Bahan lain di samping
air juga ikut menguap dan ikut hilang bersama dengan uap misalnya alkohol, asam
asetat, minyak atsiri, dan lain-lain.
-
Dapat terjadi reaksi
selama pemanasan yang menghasilkan air atau zat mudah menguap lain. Contoh gula
mengalami dekomposisi atau karamelisasi, lemak mengalami oksidasi dan
sebagainya.
-
Bahan yang mengandung
bahan yang dapat mengikat air secara kuat sulit melepaskan airnya meskipun
sudah dipanaskan.
2.1.2
Metode Destilasi
Metode destilasi adalah suatu metode
yang digunakan untuk menetapkan kadar air suatu bahan pangan yang mudah
menguap, memiliki kandungan air tinggi, dan bahan yang mudah teroksidasi.
Metode ini digunakan untuk bahan-bahan yang
memiliki ciri-ciri di atas agar pengeringan yang dilakukan tidak
menghilangkan kadar air seluruhnya.
Destilasi dilakukan melalui tiga tahap, yakni evaporasi yaitu memindahkan pelarut sebagai uap air dari cairan; pemisahan uap cairan di dalam klom, untuk memisahkan komponen dengan titik didih lebih rendah yang lebih volatil dari komponen lain yang kurang volatil; dan kondensasi dari uap cairan untuk mendapatkan fraksi pelarut yang lebih volatil (Guenther 1987).
Destilasi dilakukan melalui tiga tahap, yakni evaporasi yaitu memindahkan pelarut sebagai uap air dari cairan; pemisahan uap cairan di dalam klom, untuk memisahkan komponen dengan titik didih lebih rendah yang lebih volatil dari komponen lain yang kurang volatil; dan kondensasi dari uap cairan untuk mendapatkan fraksi pelarut yang lebih volatil (Guenther 1987).
Metode
destilasi ini diguanakan suatu pelarut yang immiscible yaitu pelarut yang tidak
dapat saling bercampur dengan air dan diisuling bersama-sama dari contoh yang
telah ditimbang dengan teliti. Pelarut tersebut memiliki titik didih sedikit di
atas titik didih air. Pelarut yang biasa digunakan adalah toluene, xylene, dan
campuran pelarut-pelarut ini dengan pelarut lain. Metode ini sering digunakan
pada produik-produk bahan pangan yang mengadung sedikit air atau mengandung
senyawa volatil, diantaranya adalah keju biru, kopi dan bahan volatil seperti
rempah-rempah yang banyak mengandung minyak volatile (Guenther 1987).
2.1.3
Metode Desikasi Kimia
Dengan bantuan bahan kimia yang
mempunyai kemampuan menyerap air tinggi, seperti: fosfor pentaoksida (P2O5),
barium monoksida (BaO), magnesium perklorat (MgCl3), kalsium klorida
anhidrous (CaCl2), dan asam sulfat (H2SO4)
pekat. Senyawa P2O5, BaO, dan MgClO3 merupakan
bahan kimia yang direkomendasi oleh AOAC (1999).
Metode analisis ini cukup sederhana. Contoh yang akan
dianalisis ditempatkan pada cawan kemudian diletakkan dalam desikator. Bahan
pengering ditaburkan atau dituangkan pada alas desikator. Proses pengeringan
berangsung pada suhu kamar sampai berat konstan/tetap. Untuk mencapai berat
konstan dibutuhkan waktu lama dan keseimbangan kadar airnya tergantung pada
reaktivitas kimia komponen dalam contoh tersebut terhadap air.
Metode ini sangat sesuai untuk bahan yang mengandung
senyawa volatil (mudah menguap) tinggi, seperti rempah-rempah. Penggunaan suhu
kamar dapat mencegah hilangnya senyawa menguap selama pengeringan
2.1.4 Metode
Karl Fischer
Metode ini digunakan untuk mengukur kadar air contoh
dengan metode volumetri berdasarkan prinsip titrasi. Titran yang digunakan
adalah pereaksi Karl Fischer (campuran iodin, sulfur dioksida, dan pridin
dalam larutan metanol). Pereaksi karl fischer pada metode ini sangat tidak
stabil dan peka terhadap uap air oleh karena itu sebelum digunakan pereaksi
harus selalu distandarisasi.
Selama proses titrasi terjadi reaksi reduksi iodin
oleh sulfur dioksida dengan adanya air. Reaksi reduksi iodin akan berlangsung
sampai air habis yang ditunjukka munculnya warna coklat akibat kelebihan iodin.
Penentuan titik akhir titrasi sulit dilakukan karena kadang-kadang perubahan
warna yang terjadi tidak terlalu jelas.
Pereaksi karl fischer sangat sensitif terhadap air.
Sehingga metode ini dapat diaplikasikan untuk analisis kadar air bahan pangan
yang mempunyai kandungan air sangat rendah (seperti minyak/lemak, gula, madu,
dan bahan kering). Metode Karl Fischer juga dapat digunakan untuk mengukur
kadar air konsentrasi 1 ppm.
2.2.5 Metode Termogravimetri
Metode ini dilakukan dengan cara mengeluarkan air dari
bahan dengan bantuan panas. Perubahan berat (karena hilangnya air dari bahan
selama pemanasan) dicatat oleh neraca termal (thermobalance) secara otomatis
sebagai fungsi dari waktu dan suhu. Diperoleh kurva perubahan berat selama pemanasan
untuk suatu program suhu tertentu.
Pencatatan berlangsung sampai bahan mencapai berat
konstan/tetap. Penimbangan dilakukan secara otomatis di dalam alat pengering
dan kesalahan akibat penimbangan sangat kecil. Analisis dilakukan dalam
waktu yang singkat. Jumlah sampel yang digunakan hanya sedikit yaitu berkisar
mg sampai 1 gram. Kurva perubahan berat air selama pengeringan dapat
menunjukkan sifat fisiko kimia tentang gaya yang mengikat air pada komponen di
dalam contoh serta data kinetik dari proses pengeringan.
2.2
Bahan
Baku
2.2.1
Ubi jalar
Menurut
Soenarjo (1984), nilai gizi ubi jalar secara kualitatif selalu dipengaruhi oleh
varietas, lokasi dan musim tanam. Pada musim kemarau dari varietas yang sama
akan menghasilkan tepung yang relatif tinggi dari pada musim penghujan,
demikian juga ubi jalar yang berdaging merah muda umumya mempunyai kadar
karoten lebih tinggi daripada yang berwarna putih.
Komoditas ini mengandung air 59-69%, abu
0,68-1,69% (bk), protein 3,71-6,74% (bk), lemak 0,26-1,42% (bk) dan karbohidrat
91,42-93,45% (bk) (Astawan dan Widowati, 2005).
2.2.2
Talas
Kandungan gizi talas segar dalam tiap 100 gram Ubi,
Daun dan Tangkai daun
No
|
Kandungan gizi
|
Proporsi dalam
|
||||
Ubi
|
Daun
|
Tangkai Daun
|
||||
(1)
|
(2)
|
(1)
|
(2)
|
(2)
|
||
1.
|
Kalori
(kal)
|
85,00
|
98,00
|
69,00
|
71,00
|
|
2.
|
Protein
(g)
|
2,50
|
1,90
|
4,40
|
4,10
|
19,00
|
3.
|
Lemak
(g)
|
0,20
|
0,20
|
1,80
|
2,10
|
0,20
|
4.
|
Karbohidrat
(g)
|
19,10
|
23,79
|
12,20
|
12,30
|
0,20
|
5.
|
Serat
(g)
|
0,40
|
--
|
3,40
|
-
|
4,60
|
6.
|
Abu
(g)
|
0,80
|
28,00
|
2,00
|
-
|
0,60
|
7.
|
Kalsium
(mg)
|
32,00
|
61,00
|
268,00
|
302,00
|
1,20
|
8.
|
Fosfor
(mg)
|
64,00
|
1,00
|
78,00
|
47,00
|
57,00
|
9.
|
Zat
besi (mg)
|
0,80
|
--
|
4,30
|
8,30
|
23,00
|
10.
|
Natrium
(mg)
|
7,00
|
20,00
|
11,00
|
-
|
1,40
|
11.
|
Kalium
(mg)
|
514,00
|
0,13
|
1237,00
|
-
|
5,00
|
12.
|
Vitamin
A (SI)
|
-
|
-
|
20385,00
|
10395,00
|
367,00
|
13.
|
Vitamin
B1 (mg)
|
0,18
|
4,00
|
0,10
|
0,11
|
335,00
|
14.
|
Vitamin
B2(mg)
|
0,04
|
-
|
0,33
|
-
|
0,01
|
15.
|
Vitamin
C(mg)
|
10,00
|
73,00
|
142,00
|
163,00
|
0,02
|
16.
|
Niacin(mg)
|
0,90
|
85,00
|
2,00
|
-
|
8,00
|
17.
|
Air
(g)
|
77,50
|
98,00
|
79,60
|
79,40
|
0,20
|
18.
|
Bagian
yg dapat dimakan (%)
|
81,00
|
1,90
|
55,00
|
80,00
|
93,80
|
Sumber
: Rukmana, R (1998)
Keterangan
: (1) Food and Nutrition Research
Center. Handbook I, Manila (1964)
(2) Direktorat Gizi Depkes RI (1981)
2.2.3
Kentang
Kentang
(Solanum tuberosum L) berasal dari Negara beriklim dingin ( Belanda,
Jerman ). Tanaman kentang sudah dikenal di Indonesia sejak sebelum perang dunia
II yang disebut Eugenheimer. Kentang ini merupakan hasil seleksi di negeri
Belanda pada tahun 1890, berkulit umbi kekuning- kuningan, berdaging kuning,
dan rasanya enak ( Soelarso, 1997).
Menurut
Prayudi (1987 ), zat gizi yang terdapat dalam kentang antara lain karbohidrat,
mineral (besi, fosfor, magnesium, natrium, kalsium, dan kalium), protein, serta
vitamin terutama vitamin C dan B1. Selain itu, kentang juga mengandung lemak
dalam jumlah yang relatif kecil, yaitu 1.0 – 1.5%
2.2.4
Ubi ungu
Kandungan
Gizi Ubi Jalar Ungu
No
|
Kandungan Gizi
|
Ubi Ungu
|
1
|
Protein (g)
|
123,00
|
2
|
Lemak (g)
|
1,80
|
3
|
Karbohidrat (g)
|
0,70
|
4
|
Kalsium (mg)
|
27,90
|
5
|
Fosfor (mg)
|
30,00
|
6
|
Zat Besi (mg)
|
49,00
|
7
|
Natrium (mg)
|
0,70
|
8
|
Kalium (mg)
|
-
|
9
|
Niacin (mg)
|
-
|
10
|
Vitamin A (SI)
|
-
|
11
|
Vitamin B1 (mg)
|
7.700,00
|
12
|
Vitamin B2 (mg)
|
0,90
|
13
|
Vitamin C (mg)
|
-
|
14
|
Air (g)
|
22,0
|
15
|
Bagian yang dapat
dimakan
|
68,50
|
16
|
Protein (g)
|
86,00
|
Keterangan: *) Food and Nutrition Research
Center Hanbook I, Manila
-) Tidak ada data
(Sumber:
Direktorat Gizi Depkes RI, 1981)
2.2.5
Singkong
Kandungan gizi yang terdapat dalam
singkong sudah kita kenal sejak dulu. Umbi singkong merupakan sumber energi
yang kaya karbohidrat namun miskin akan protein. Selain umbi akar singkong
banyak mengandung glukosa dan dapat dimakan mentah. Berbagai macam upaya
penanganan singkong yang telah banyak dilakukan adalah dengan mengolahnya
menjadi berbagai macam produk olahan baik basah maupun kering. Selain sebagai
bahan makanan pokok, banyak macam produk olahan singkong yang telah
dimanfaatkan oleh masyarakat kita antara lain adalah tape singkong, enyek – enyek
singkong, peuyeum, opak, tiwul, kerupuk singkong, keripik singkong, kue, dan
lain-lain.
Gizi dalam tiap 100 g Singkong
No
|
Unsur Gizi
|
Banyaknya dalam ...(per 100 g)
|
|
Singkong Putih
|
Singkong kuning
|
||
1
|
Kalori (kal)
|
146,00
|
157,00
|
2
|
Protein (g)
|
1,20
|
0,80
|
3
|
Lemak (g)
|
0,30
|
0,30
|
4
|
Karbohidrat (g)
|
34,70
|
37,90
|
5
|
Kalsium (mg)
|
33,00
|
33,00
|
6
|
Fosfor (mg)
|
40,00
|
40,00
|
7
|
Zat Besi (mg)
|
0,70
|
0,70
|
8
|
Vitamin A (SI)
|
0
|
385,00
|
9
|
Vitamin B1 (mg)
|
0,06
|
0,06
|
10
|
Vitamin C (mg)
|
30,00
|
30,00
|
11
|
Air (g)
|
62,50
|
60,00
|
12
|
Bagian dapat dimakan (%)
|
75,00
|
75,00
|
Sumber
: Direktorat Gizi, Depkes R.I., 1981.
2.2.6
Tomat
Menurut
Susanto dan Saneto (1994), Tanaman tomat (Lycopersicum esculentum MILL) adalah
tanaman semusim, berbentuk perdu atau semak dan termasuk ke dalam golongan
berbunga (Angiospermae). Bentuk daunnya bercelah menyirip tanpa stippelae (daun
penumpu). Jumlah daunnya ganjil, antara 5-7 helai. Di sela-sela pasangan daun
terdapat 1-2 pasang daun kecil yang berbentuk delta. Kandungan gizi pada tomat
sangat banyak sekali. Pigmen merah pada tomat, likopen, merupakan antioksidan
dan buah tomat juga mengandung jumlah substansial vitamin A asam askorbat, dan
potassium. Mayoritas varietas tomat bervariasi dalam zat larut air dari 4.5 –
7.0%, yang mayoritas merupakan fruktosa atau glukosa. Asam sitrat adalah asam
utama dalam jus tomat. Sejumlah besar senyawa volatil diketahui muncul pada
tomat, di antaranya karbonil, alkohol, ester, lakton, asetal, ketal, dan
sulfur.
2.3
Prinsip
Analisa Metode Gravimetri (oven)
Prinsip metode
penetapan kadar air dengan oven biasa atau gravimetri yaitu menguapkan air yang
ada dalam bahan dengan jalan pemanasan.penimbangan bahan dengan berat konstan
yang berarti semua air sudah diupkan dan cara ini relatif mudah dan murah.
Percepatan penguapan air serta menghindari terjadinya reaksi yang lain karena
pemanasan maka dapat dilakukan pemanasan
dengan suhu rendah dan tekanan vakum. Bahan yang telah mempunyai kadar gula tinggi,pemanasan
dengan suhu kurang lebih 100o C dapat mengakibatkan terjadinya
pergerakan pada permukaan bahan.suatu bahan yang telah mengalami pengeringan
lebih bersifat hidroskopis dari pada bahan asalnya. Oleh karena itu selama pendinginan sebelum
penimbangan, bahan telah ditempatkan dalam ruangan tertutup yang kering
misalnya dalam eksikatoratau desikator yang telah diberi zat penyerapan
(Sudarmadji, 2007).
Menurut AOAC
(1984), Metode oven biasa merupakan salah satu metode pemanasan langsung dalam
penetapan kadar air suatu bahan pangan. Dalam metode ini bahan dipanaskan pada
suhu tertentu sehingga semua air menguap yang ditunjukkan oleh berat konstan
bahan setelah periode pemanasan tertentu. Kehilangan berat bahan yang terjadi
menunjukkan jumlah air yang terkandung. Metode ini terutama digunakan untuk
bahn-bahan yang stabil terhadip pemanasan yang agak tinggi, serta produk yang
tidak atau rendah kandungan sukrosa dan gluosanya seperti tepung-tepungan dan
serealia.
2.4
Manfaat
Analisa Kadar Air Pada Bahan Pangan
Meskipun sering
diabaikan, air merupakan salah satu unsur penting dalam bahan makanan. Air
sendiri meskipun bukan merupakan sumber nutrient seperti bahan makanan lain,
namun sangat esensial dalam kelangsungan proses biokimiawi organisme hidup. Di
samping terdapat dalam bahan makanan secara alamiah, air terdapat bebas di alam
dalam berbagai bentuk. Air bebas ini sangat penting juga dalam pertanian,
pencucian dan sanitasi umum maupun pribadi, teknologi pangan dan sebagai air
minum (Sudarmadji, 1989).
Kriteria ikatan air dalam aspek
daya awet bahan pangan dapat ditinjau dari kadar air, konsentrasi larutan,
tekanan osmotik, kelembaban relatif berimbang dan aktivitas air. Kandungan air
dalam bahan pangan akan berubah-ubah sesuai dengan lingkungannya, dan hal ini
sangat erat hubungannya dengan daya awet bahan pangan tersebut. Hal ini
merupakan pertimbangan utama dalam pengolahan dan pengelolaan pasca olah bahan
pangan (Purnomo,1995).
BAB 3. METODOLOGI
PRAKTIKUM
3.1
Alat
dan Bahan
3.1.1 Alat
a. Kurs
porselen
b. Oven
c. Neraca
analitik
d. Tanur
e. Eksikator
f. Penjepit
kurs
g. Wadah
h. Spatula
i.
Stopwatch
j.
Mortar
k. Alu
l.
Pisau
3.1.2 Bahan
a. Tissue
b. Kentang
c. Ubi
jalar ungu
d. Ubi
jalar putih
e. Singkong
f. Talas
3.2
Prosedur
Analisa
Dalam praktikum
analisa kadar air yang telah dilakukan, metode yang digunakan metode pengovenan
(gravimetri). Pertama botol timbang dioven selama 15 menit, hal ini bertujuan
untuk menghilangkan kandungan air yang ada pada botol. Kemudian dieksikator
selama 5 menit untuk menjaga kelembaban (RH). Selanjutnya botol timbang
ditimbang sebagai (a) gram untuk mengetahui berat awal botol. Kemudian
ditambahkan bahan sebanyak 3 gram sebagai sampel untuk analisa. Lakukan
penimbangan sebagai (b) gram untuk mengetahui berat bahan dan botol timbang.
Kemudian dilakukan pengovenan selama 24 jam, hal ini bertujuan untuk mengetahui
perubahan kadar air pada bahan. Selanjutnya dieksikator selama 5 menit untuk
pendinginan dan menstabilkan kelembaban (RH). Dan tahap terakhir dilakukan
penimbangan dengan dua kali penimbangan
samap berat bahan konstan.
BAB
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui kadar air pada hasil praktikum dengan sampel ubi jalar, singkong,kentang, tomat, talas, dan ubi ungu diperoleh kadar air secara berturut-turut
yaitu 75,143% ; 55,047% ; 77,829% ; 93,117% ; 74,227% ; 74,193%. Kadar air yang paling tinggi yaitu pada
sampel tomat dan yang paling rendah yaitu pada sampel singkong.
Untuk kadar air pada ubi jalar diperoleh nilai
sebesar 75,143%
sedangkan menurut literatur disebutkan bahwa kadar air ubi jalar adalah sebesar
62 %. Perbedaan ini dapat dikarenakan proses pengeringan pada alat-alat yang
digunakan saat praktikum sehingga mempengaruhi kadar airnya.
Untuk
kadar air pada bahan singkong diperoleh nilai sebesar 55,047% sedangkan menurut literatur kadar air singkong
adalah sebesar >65%. Hal ini dapat dikarenakan pada saat penyimpanan, bahan
yang digunakan terkontaminasi oleh bahan lain alat-alat yang digunakan seperti
timbangan analitik tidak di kalibrasi.
Untuk
kadar air pada bahan kentang dan tomat secara berturut-turut diperoleh nilai
sebesar 77,829% ; 93,117% , hasil
tersebut memiliki selisih yang tidak begitu jauh dengan literatur karena
menurut literatur kadar air kentang dan tomat secara berturut-turut adalah 75%
; 94%.
Sedangkan
kadar air pada talas dan ubi ungu secara berturut-turut74,227% ; 74,193%
sedangkan menurut literatur kadar air pada talas dan ubi ungu secara
berturut-turut adalah 63-85% ; 70%. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh faktor
pengeringan dan alat-alat yang digunakan seperti timbangan analitik tidak di
kalibrasi dan atau karena bahan yang digunakan telah terkontaminasi dengan
bahan lain ketika penyimpanan atau berada dalam desikator.
BAB
5. PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan
dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
a.
Metode kadar air yang
biasa dilakukan adalah metode gravimetri (oven), desikasi kimia, destilasi,
Karl Fischer dan termogravimetri.
b. Prinsip
metode penetapan kadar air dengan oven biasa atau gravimetri yaitu menguapkan
air yang ada dalam bahan dengan jalan pemanasan
c.
Dari hasil praktikum
dari keenam bahan yang digunakan, bahan yang memiliki kadar air tertinggi
adalah pada tomat.
5.2
Saran
Sebaiknya
praktikan harus lebih teliti dan cermat saat melakukan praktikum agar diperoleh
hasil yang akurat dan sesuai dengan literatur.
DAFTAR PUSTAKA
AOAC. 1984. Official
Methods of Analysis of The Association of Official Analytical Chemistry.
14th Ed. Virginia : AOC, Inc.
AOAC.
1999. Official Methods of Analysis of
AOAC International 16th ed. AOAC International, USA.
Astawan M dan Widowati S. 2005. Evaluasi Mutu Gizi dan Indeks Glikemik
Ubijalar sebagai Dasar Pengembangan Pangan Fungsional. Laporan Hasil
Penelitian Rusnas Diversifikasi Pangan Pokok 2005. Institut Pertanian Bogor.
Bambang, Prayudi,. 1987. Budidaya
dan Pascapanen Kentang (Solanum tuberosum
L.). Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian, Jawa Tengah.
Direktorat Gizi Depkes RI. 1981. Daftar
Komposisi Bahan Makanan. Jakarta: Bharata Karya Aksara.
Dwijosepputro.D.1994.Dasar-dasar mikrobiologi. Jakarta:
Djambatan.
Guenther, Ernest. 1987. Minyak Atsiri
Jilid I, Penerjemah : Ketaren S., Cetakan I, Penerbit. Jakarta :
Universitas Indonesia.
Purnomo, H. 1995. Aktivitas Air dan Peranannya dalam Pengawetan Pangan.
Jakarta : Universitas Indonesia.
Rukmana. 1998. Budidaya Talas. Yogyakarta: PT Kanisius.
Soelarso,B 1997. Budidaya kentang Bebas Penyakit. Yogyakarta : Kanisius.
Soenarjo,
R., 1984. Potensi Ubi Jalar sebagai bahan
baku sirup fruktosa. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Balitbang Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor.
Sudarmadji S, Bambang H, Suhardi. 2007. Analisis Bahan Makanan dan Pertanian.
Yogyakarta : Liberty
Sudarmaji, S, dkk. 1989. Analisa
Bahan Makanan dan Pertanian. Penerbit Liberty: Yogyakarta
Susanto, T. dan B. Saneto., 1994. Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian.
Surabaya : Bina Ilmu.
LAMPIRAN
Sampel
|
Kandungan Air (%)
|
SD
|
RSD
|
Ubi Jalar
|
75,143
|
0,095
|
0,126
|
Singkong
|
55,047
|
0,264
|
0,479
|
Kentang
|
77,829
|
0,873
|
1,122
|
Tomat
|
93,117
|
0,955
|
1,026
|
Talas
|
74,227
|
0,29
|
0,391
|
Ubi Ungu
|
74,193
|
1,332
|
1,795
|
Contoh Perhitungan Kadar Air
Kadar air % (bb) =
Kadar air pada kentang
U1 %
(bb)
=
= 77.51578 %
U2 %
(bb)
=
= 77.15517 %
U3 %
(bb)
=
= 78.81579 %
Rata-rata
pada kentang
% bb =
= 77.82891%
SD pada
kentang
SD bb =
SD bb =
=
= 0.873472
RSD bb =
RSD bb =
= 1,122298 %
ijin, mengambil sebagian materi :)
BalasHapusIjin ambil
BalasHapusPlay at Casinos near I-395 - Mapyro
BalasHapusWelcome to 군산 출장마사지 the City of I-395! Casino and Resort - Mapyro, the 평택 출장안마 place where all the 사천 출장샵 fun comes 동두천 출장샵 together! Mapyro 동두천 출장안마 Casino and Resort. Mapyro