Analisa Kadar Air

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan kandungan yang penting dalam bahan pangan. Semua bahan pangan memiliki kandungan air dalam jumlah yang berbeda-beda baik itu bahan pangan hewani maupun nabati. Sedangkan kadar air merupakan persen air yang terkandung dalam bahan pangan. Menurut Dwijosepputro (1994) kadar air juga salah satu karakteristik yang sangat penting dalam bahan pangan,karena air dapat mempengaruhi kenampakan tekstur dan cita rasa pada bahan pangan. Kadar air dalam bahan pangan ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut. Kadar air yang tinggi menyebabkan mudahnya bakteri,kapang,dan khamir untuk berkembang biak,sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pangan.
Untuk menganalisis kadar air harus memilih metode analisis yang tepat dan benar dengan memperhatikan terlebih dahulu sifat dan keadaan bahan pangan yang akan dianalisa. Ada beberapa metode analisis yang digunakan untuk menganalisa kadar air suatu bahan pangan yakni : metode oven (gravimetri), metode distilasi azeotropik, metode Karl Fischer, metode desikasi kimia, dan metode termogravimetri.
Salah satu merode analisa yang sering digunakan adalah metode oven (gravimetri) dengan prinsip memanaskan bahan pada titik didih air sehingga air menguap. Oleh karena itu pada praktikum ini akan dilakukan analisa kadar air bahan pangan dengan metode oven (gravimetri).
1.2  Tujuan
-          Untuk mengetahui cara pengukuran kadar air bahan pangan dan hasil pertanian.
-          Untuk mengetahui preparasi bahan dan cara penyimpanan sampel selama menunggu bahan untuk ditimbang.
-          Untuk mengetahui cara pengukuran yang sesuai dengan macam bahan hasil pertanian.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Metode Analisa Kadar Air
2.1.1        Metode Pengeringan (Oven)
Metode oven biasa/ pengeringan yang digunakan merupakan salah satu metode pemanasan langsung dalam penetapan kadar air suatu bahan pangan. Dalam metode ini bahan dipanaskan pada suhu tertentu sehingga semua air menguap yang ditunjukkan oleh berat konstan bahan setelah periode pemanasan tertentu. Kehilangan berat bahan yang terjadi menunjukkan jumlah air yang terkandung. Metode ini terutama digunakan untuk bahan-bahan yang stabil terhadap pemanasan yang agak tinggi, serta produk yang tidak atau rendah kandungan sukrosa dan glukosanya seperti tepung-tepungan dan serealia (AOAC 1984).
Prinsipnya menguapkan air yang ada dalam bahan dengan jlaan pemanasan. Kemudian menimbang bahan sampai berat konstan berarti semua air sudah diuapkan. Cara ini relatif mudah dan murah. Kelemahannya antara lain:
-          Bahan lain di samping air juga ikut menguap dan ikut hilang bersama dengan uap misalnya alkohol, asam asetat, minyak atsiri, dan lain-lain.
-          Dapat terjadi reaksi selama pemanasan yang menghasilkan air atau zat mudah menguap lain. Contoh gula mengalami dekomposisi atau karamelisasi, lemak mengalami oksidasi dan sebagainya.
-          Bahan yang mengandung bahan yang dapat mengikat air secara kuat sulit melepaskan airnya meskipun sudah dipanaskan.
2.1.2         Metode Destilasi
Metode destilasi adalah suatu metode yang digunakan untuk menetapkan kadar air suatu bahan pangan yang mudah menguap, memiliki kandungan air tinggi, dan bahan yang mudah teroksidasi. Metode ini digunakan untuk bahan-bahan yang  memiliki ciri-ciri di atas agar pengeringan yang dilakukan tidak menghilangkan kadar air seluruhnya.
Destilasi dilakukan melalui tiga tahap, yakni evaporasi yaitu memindahkan pelarut sebagai uap air dari cairan; pemisahan uap cairan di dalam klom, untuk memisahkan komponen dengan titik didih lebih rendah yang lebih volatil dari komponen lain yang kurang volatil; dan kondensasi dari uap cairan untuk mendapatkan fraksi pelarut yang lebih volatil (Guenther 1987).
Metode destilasi ini diguanakan suatu pelarut yang immiscible yaitu pelarut yang tidak dapat saling bercampur dengan air dan diisuling bersama-sama dari contoh yang telah ditimbang dengan teliti. Pelarut tersebut memiliki titik didih sedikit di atas titik didih air. Pelarut yang biasa digunakan adalah toluene, xylene, dan campuran pelarut-pelarut ini dengan pelarut lain. Metode ini sering digunakan pada produik-produk bahan pangan yang mengadung sedikit air atau mengandung senyawa volatil, diantaranya adalah keju biru, kopi dan bahan volatil seperti rempah-rempah yang banyak mengandung minyak volatile (Guenther 1987).
2.1.3    Metode Desikasi Kimia
Dengan bantuan bahan kimia yang mempunyai kemampuan menyerap air tinggi, seperti: fosfor pentaoksida (P2O5), barium monoksida (BaO), magnesium perklorat (MgCl3), kalsium klorida anhidrous (CaCl2), dan asam sulfat (H2SO4) pekat. Senyawa P2O5, BaO, dan MgClO3 merupakan bahan kimia yang direkomendasi oleh AOAC (1999).
Metode analisis ini cukup sederhana. Contoh yang akan dianalisis ditempatkan pada cawan kemudian diletakkan dalam desikator. Bahan pengering ditaburkan atau dituangkan pada alas desikator. Proses pengeringan berangsung pada suhu kamar sampai berat konstan/tetap. Untuk mencapai berat konstan dibutuhkan waktu lama dan keseimbangan kadar airnya tergantung pada reaktivitas kimia komponen dalam contoh tersebut terhadap air.
Metode ini sangat sesuai untuk bahan yang mengandung senyawa volatil (mudah menguap) tinggi, seperti rempah-rempah. Penggunaan suhu kamar dapat mencegah hilangnya senyawa menguap selama pengeringan
2.1.4    Metode Karl Fischer
Metode ini digunakan untuk mengukur kadar air contoh dengan metode volumetri berdasarkan prinsip titrasi. Titran yang digunakan adalah  pereaksi Karl Fischer (campuran iodin, sulfur dioksida, dan pridin dalam larutan metanol). Pereaksi karl fischer pada metode ini sangat tidak stabil dan peka terhadap uap air oleh karena itu sebelum digunakan pereaksi harus selalu distandarisasi.
Selama proses titrasi terjadi reaksi reduksi iodin oleh sulfur dioksida dengan adanya air. Reaksi reduksi iodin akan berlangsung sampai air habis yang ditunjukka munculnya warna coklat akibat kelebihan iodin. Penentuan titik akhir titrasi sulit dilakukan karena kadang-kadang perubahan warna yang terjadi tidak terlalu jelas.
Pereaksi karl fischer sangat sensitif terhadap air. Sehingga metode ini dapat diaplikasikan untuk analisis kadar air bahan pangan yang mempunyai kandungan air sangat rendah (seperti minyak/lemak, gula, madu, dan bahan kering). Metode Karl Fischer juga dapat digunakan untuk mengukur kadar air konsentrasi 1 ppm.
2.2.5    Metode Termogravimetri
Metode ini dilakukan dengan cara mengeluarkan air dari bahan dengan bantuan panas. Perubahan berat (karena hilangnya air dari bahan selama pemanasan) dicatat oleh neraca termal (thermobalance) secara otomatis sebagai fungsi dari waktu dan suhu. Diperoleh kurva perubahan berat selama pemanasan untuk suatu program suhu tertentu.
Pencatatan berlangsung sampai bahan mencapai berat konstan/tetap. Penimbangan dilakukan secara otomatis di dalam alat pengering dan  kesalahan akibat penimbangan sangat kecil. Analisis dilakukan dalam waktu yang singkat. Jumlah sampel yang digunakan hanya sedikit yaitu berkisar mg sampai 1 gram. Kurva perubahan berat air selama pengeringan dapat menunjukkan sifat fisiko kimia tentang gaya yang mengikat air pada komponen di dalam contoh serta data kinetik dari proses pengeringan.
2.2  Bahan Baku
2.2.1        Ubi jalar
Menurut Soenarjo (1984), nilai gizi ubi jalar secara kualitatif selalu dipengaruhi oleh varietas, lokasi dan musim tanam. Pada musim kemarau dari varietas yang sama akan menghasilkan tepung yang relatif tinggi dari pada musim penghujan, demikian juga ubi jalar yang berdaging merah muda umumya mempunyai kadar karoten lebih tinggi daripada yang berwarna putih.
Komoditas ini mengandung air 59-69%, abu 0,68-1,69% (bk), protein 3,71-6,74% (bk), lemak 0,26-1,42% (bk) dan karbohidrat 91,42-93,45% (bk) (Astawan dan Widowati, 2005).
 2.2.2   Talas
Kandungan gizi talas segar dalam tiap 100 gram Ubi, Daun dan Tangkai daun
No
Kandungan gizi
Proporsi dalam
Ubi
Daun
Tangkai Daun
(1)
(2)
(1)
(2)
(2)
1.
Kalori (kal)
85,00
98,00
69,00
71,00

2.
Protein (g)
2,50
1,90
4,40
4,10
19,00
3.
Lemak (g)
0,20
0,20
1,80
2,10
0,20
4.
Karbohidrat (g)
19,10
23,79
12,20
12,30
0,20
5.
Serat (g)
0,40
--
3,40
-
4,60
6.
Abu (g)
0,80
28,00
2,00
-
0,60
7.
Kalsium (mg)
32,00
61,00
268,00
302,00
1,20
8.
Fosfor (mg)
64,00
1,00
78,00
47,00
57,00
9.
Zat besi (mg)
0,80
--
4,30
8,30
23,00
10.
Natrium (mg)
7,00
20,00
11,00
-
1,40
11.
Kalium (mg)
514,00
0,13
1237,00
-
5,00
12.
Vitamin A (SI)
-
-
20385,00
10395,00
367,00
13.
Vitamin B1 (mg)
0,18
4,00
0,10
0,11
335,00
14.
Vitamin B2(mg)
0,04
-
0,33
-
0,01
15.
Vitamin C(mg)
10,00
73,00
142,00
163,00
0,02
16.
Niacin(mg)
0,90
85,00
2,00
-
8,00
17.
Air (g)
77,50
98,00
79,60
79,40
0,20
18.
Bagian yg dapat dimakan (%)
81,00
1,90
55,00
80,00
93,80
Sumber : Rukmana, R (1998)
Keterangan :  (1) Food and Nutrition Research Center. Handbook I, Manila (1964)
(2) Direktorat Gizi Depkes RI (1981)
2.2.3        Kentang
Kentang (Solanum tuberosum L) berasal dari Negara beriklim dingin ( Belanda, Jerman ). Tanaman kentang sudah dikenal di Indonesia sejak sebelum perang dunia II yang disebut Eugenheimer. Kentang ini merupakan hasil seleksi di negeri Belanda pada tahun 1890, berkulit umbi kekuning- kuningan, berdaging kuning, dan rasanya enak ( Soelarso, 1997).
Menurut Prayudi (1987 ), zat gizi yang terdapat dalam kentang antara lain karbohidrat, mineral (besi, fosfor, magnesium, natrium, kalsium, dan kalium), protein, serta vitamin terutama vitamin C dan B1. Selain itu, kentang juga mengandung lemak dalam jumlah yang relatif kecil, yaitu 1.0 – 1.5%
2.2.4        Ubi ungu
Kandungan Gizi Ubi Jalar Ungu
No
Kandungan Gizi
Ubi Ungu
1
Protein (g)
123,00
2
Lemak (g)
1,80
3
Karbohidrat (g)
0,70
4
Kalsium (mg)
27,90
5
Fosfor (mg)
30,00
6
Zat Besi (mg)
49,00
7
Natrium (mg)
0,70
8
Kalium (mg)
-
9
Niacin (mg)
-
10
Vitamin A (SI)
-
11
Vitamin B1 (mg)
7.700,00
12
Vitamin B2 (mg)
0,90
13
Vitamin C (mg)
-
14
Air (g)
22,0
15
Bagian yang dapat dimakan
68,50
16
Protein (g)
86,00
 Keterangan: *) Food and Nutrition Research Center Hanbook I, Manila
         -) Tidak ada data
(Sumber: Direktorat Gizi Depkes RI, 1981)
2.2.5        Singkong
Kandungan gizi yang terdapat dalam singkong sudah kita kenal sejak dulu. Umbi singkong merupakan sumber energi yang kaya karbohidrat namun miskin akan protein. Selain umbi akar singkong banyak mengandung glukosa dan dapat dimakan mentah. Berbagai macam upaya penanganan singkong yang telah banyak dilakukan adalah dengan mengolahnya menjadi berbagai macam produk olahan baik basah maupun kering. Selain sebagai bahan makanan pokok, banyak macam produk olahan singkong yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat kita antara lain adalah tape singkong, enyek – enyek singkong, peuyeum, opak, tiwul, kerupuk singkong, keripik singkong, kue, dan lain-lain.
Gizi dalam tiap 100 g Singkong
No
Unsur Gizi
Banyaknya dalam ...(per 100 g)
Singkong Putih
Singkong kuning
1
Kalori (kal)
146,00
157,00
2
Protein (g)
1,20
0,80
3
Lemak (g)
0,30
0,30
4
Karbohidrat (g)
34,70
37,90
5
Kalsium (mg)
33,00
33,00
6
Fosfor (mg)
40,00
40,00
7
Zat Besi (mg)
0,70
0,70
8
Vitamin A (SI)
0
385,00
9
Vitamin B1 (mg)
0,06
0,06
10
Vitamin C (mg)
30,00
30,00
11
Air (g)
62,50
60,00
12
Bagian dapat dimakan (%)
75,00
75,00
Sumber : Direktorat Gizi, Depkes R.I., 1981.
2.2.6        Tomat
Menurut Susanto dan Saneto (1994), Tanaman tomat (Lycopersicum esculentum MILL) adalah tanaman semusim, berbentuk perdu atau semak dan termasuk ke dalam golongan berbunga (Angiospermae). Bentuk daunnya bercelah menyirip tanpa stippelae (daun penumpu). Jumlah daunnya ganjil, antara 5-7 helai. Di sela-sela pasangan daun terdapat 1-2 pasang daun kecil yang berbentuk delta. Kandungan gizi pada tomat sangat banyak sekali. Pigmen merah pada tomat, likopen, merupakan antioksidan dan buah tomat juga mengandung jumlah substansial vitamin A asam askorbat, dan potassium. Mayoritas varietas tomat bervariasi dalam zat larut air dari 4.5 – 7.0%, yang mayoritas merupakan fruktosa atau glukosa. Asam sitrat adalah asam utama dalam jus tomat. Sejumlah besar senyawa volatil diketahui muncul pada tomat, di antaranya karbonil, alkohol, ester, lakton, asetal, ketal, dan sulfur.
2.3      Prinsip Analisa Metode Gravimetri (oven)
Prinsip metode penetapan kadar air dengan oven biasa atau gravimetri yaitu menguapkan air yang ada dalam bahan dengan jalan pemanasan.penimbangan bahan dengan berat konstan yang berarti semua air sudah diupkan dan cara ini relatif mudah dan murah. Percepatan penguapan air serta menghindari terjadinya reaksi yang lain karena pemanasan maka dapat dilakukan  pemanasan dengan suhu rendah dan tekanan vakum. Bahan yang telah mempunyai kadar gula tinggi,pemanasan dengan suhu kurang lebih 100o C dapat mengakibatkan terjadinya pergerakan pada permukaan bahan.suatu bahan yang telah mengalami pengeringan lebih bersifat hidroskopis dari pada bahan asalnya. Oleh  karena itu selama pendinginan sebelum penimbangan, bahan telah ditempatkan dalam ruangan tertutup yang kering misalnya dalam eksikatoratau desikator yang telah diberi zat penyerapan (Sudarmadji, 2007).
Menurut AOAC (1984), Metode oven biasa merupakan salah satu metode pemanasan langsung dalam penetapan kadar air suatu bahan pangan. Dalam metode ini bahan dipanaskan pada suhu tertentu sehingga semua air menguap yang ditunjukkan oleh berat konstan bahan setelah periode pemanasan tertentu. Kehilangan berat bahan yang terjadi menunjukkan jumlah air yang terkandung. Metode ini terutama digunakan untuk bahn-bahan yang stabil terhadip pemanasan yang agak tinggi, serta produk yang tidak atau rendah kandungan sukrosa dan gluosanya seperti tepung-tepungan dan serealia.
2.4      Manfaat Analisa Kadar Air Pada Bahan Pangan
 Meskipun sering diabaikan, air merupakan salah satu unsur penting dalam bahan makanan. Air sendiri meskipun bukan merupakan sumber nutrient seperti bahan makanan lain, namun sangat esensial dalam kelangsungan proses biokimiawi organisme hidup. Di samping terdapat dalam bahan makanan secara alamiah, air terdapat bebas di alam dalam berbagai bentuk. Air bebas ini sangat penting juga dalam pertanian, pencucian dan sanitasi umum maupun pribadi, teknologi pangan dan sebagai air minum (Sudarmadji, 1989).
 Kriteria ikatan air dalam aspek daya awet bahan pangan dapat ditinjau dari kadar air, konsentrasi larutan, tekanan osmotik, kelembaban relatif berimbang dan aktivitas air. Kandungan air dalam bahan pangan akan berubah-ubah sesuai dengan lingkungannya, dan hal ini sangat erat hubungannya dengan daya awet bahan pangan tersebut. Hal ini merupakan pertimbangan utama dalam pengolahan dan pengelolaan pasca olah bahan pangan (Purnomo,1995).



























BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1  Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
a.       Kurs porselen
b.      Oven
c.       Neraca analitik
d.      Tanur
e.       Eksikator
f.       Penjepit kurs
g.      Wadah
h.      Spatula
i.        Stopwatch
j.        Mortar
k.      Alu
l.        Pisau
3.1.2 Bahan
a.       Tissue
b.      Kentang
c.       Ubi jalar ungu
d.      Ubi jalar putih
e.       Singkong
f.       Talas
3.2  Prosedur Analisa
Dalam praktikum analisa kadar air yang telah dilakukan, metode yang digunakan metode pengovenan (gravimetri). Pertama botol timbang dioven selama 15 menit, hal ini bertujuan untuk menghilangkan kandungan air yang ada pada botol. Kemudian dieksikator selama 5 menit untuk menjaga kelembaban (RH). Selanjutnya botol timbang ditimbang sebagai (a) gram untuk mengetahui berat awal botol. Kemudian ditambahkan bahan sebanyak 3 gram sebagai sampel untuk analisa. Lakukan penimbangan sebagai (b) gram untuk mengetahui berat bahan dan botol timbang. Kemudian dilakukan pengovenan selama 24 jam, hal ini bertujuan untuk mengetahui perubahan kadar air pada bahan. Selanjutnya dieksikator selama 5 menit untuk pendinginan dan menstabilkan kelembaban (RH). Dan tahap terakhir dilakukan penimbangan  dengan dua kali penimbangan samap berat bahan konstan.



























BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui  kadar air pada hasil praktikum  dengan sampel ubi jalar, singkong,kentang, tomat, talas, dan ubi ungu diperoleh kadar air secara berturut-turut yaitu 75,143% ; 55,047% ; 77,829% ; 93,117% ; 74,227% ; 74,193%. Kadar air yang paling tinggi yaitu pada sampel tomat dan yang paling rendah yaitu pada sampel singkong.
Untuk kadar air pada ubi jalar diperoleh nilai sebesar 75,143% sedangkan menurut literatur disebutkan bahwa kadar air ubi jalar adalah sebesar 62 %. Perbedaan ini dapat dikarenakan proses pengeringan pada alat-alat yang digunakan saat praktikum sehingga mempengaruhi kadar airnya.
Untuk kadar air pada bahan singkong diperoleh nilai sebesar 55,047%  sedangkan menurut literatur kadar air singkong adalah sebesar >65%. Hal ini dapat dikarenakan pada saat penyimpanan, bahan yang digunakan terkontaminasi oleh bahan lain alat-alat yang digunakan seperti timbangan analitik tidak di kalibrasi.
Untuk kadar air pada bahan kentang dan tomat secara berturut-turut diperoleh nilai sebesar  77,829% ; 93,117% , hasil tersebut memiliki selisih yang tidak begitu jauh dengan literatur karena menurut literatur kadar air kentang dan tomat secara berturut-turut adalah 75% ; 94%.
Sedangkan kadar air pada talas dan ubi ungu secara berturut-turut74,227% ; 74,193% sedangkan menurut literatur kadar air pada talas dan ubi ungu secara berturut-turut adalah 63-85% ; 70%. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh faktor pengeringan dan alat-alat yang digunakan seperti timbangan analitik tidak di kalibrasi dan atau karena bahan yang digunakan telah terkontaminasi dengan bahan lain ketika penyimpanan atau berada dalam desikator.






















BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
a.       Metode kadar air yang biasa dilakukan adalah metode gravimetri (oven), desikasi kimia, destilasi, Karl Fischer dan termogravimetri.
b.      Prinsip metode penetapan kadar air dengan oven biasa atau gravimetri yaitu menguapkan air yang ada dalam bahan dengan jalan pemanasan
c.       Dari hasil praktikum dari keenam bahan yang digunakan, bahan yang memiliki kadar air tertinggi adalah pada tomat.

5.2 Saran
Sebaiknya praktikan harus lebih teliti dan cermat saat melakukan praktikum agar diperoleh hasil yang akurat dan sesuai dengan literatur.

















DAFTAR PUSTAKA

AOAC. 1984. Official Methods of Analysis of The Association of Official Analytical Chemistry. 14th Ed. Virginia : AOC, Inc.
AOAC. 1999. Official Methods of Analysis of AOAC International 16th ed. AOAC International, USA.
Astawan M dan Widowati S. 2005. Evaluasi Mutu Gizi dan Indeks Glikemik Ubijalar sebagai Dasar Pengembangan Pangan Fungsional. Laporan Hasil Penelitian Rusnas Diversifikasi Pangan Pokok 2005. Institut Pertanian Bogor.
Bambang, Prayudi,. 1987. Budidaya dan Pascapanen Kentang (Solanum tuberosum L.). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Jawa Tengah.
Direktorat Gizi Depkes RI. 1981. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Jakarta: Bharata Karya Aksara.
Dwijosepputro.D.1994.Dasar-dasar mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Guenther, Ernest. 1987. Minyak Atsiri Jilid I, Penerjemah : Ketaren S., Cetakan I, Penerbit. Jakarta : Universitas Indonesia.
Purnomo, H. 1995. Aktivitas Air dan Peranannya dalam Pengawetan Pangan. Jakarta : Universitas Indonesia.
Rukmana. 1998. Budidaya Talas. Yogyakarta: PT Kanisius.
Soelarso,B 1997. Budidaya kentang Bebas Penyakit. Yogyakarta : Kanisius.
Soenarjo, R., 1984. Potensi Ubi Jalar sebagai bahan baku sirup fruktosa. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balitbang Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor.
Sudarmadji S, Bambang H, Suhardi. 2007. Analisis Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta : Liberty
Sudarmaji, S, dkk. 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Penerbit Liberty: Yogyakarta
Susanto, T. dan B. Saneto., 1994. Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian. Surabaya : Bina Ilmu.



























LAMPIRAN

Sampel
Kandungan Air (%)
SD
RSD
Ubi Jalar
75,143
0,095
0,126
Singkong
55,047
0,264
0,479
Kentang
77,829
0,873
1,122
Tomat
93,117
0,955
1,026
Talas
74,227
0,29
0,391
Ubi Ungu
74,193
1,332
1,795

Contoh Perhitungan Kadar Air
Kadar air % (bb) =     
Kadar air pada kentang
U1 % (bb)
=
= 77.51578 %
U2 % (bb)
=
= 77.15517 %
U3 % (bb)
=
= 78.81579 %
Rata-rata pada kentang
% bb =
= 77.82891%
SD pada kentang
SD bb =
SD bb =
=
= 0.873472
RSD bb =
RSD bb =
= 1,122298 %



Komentar

  1. Play at Casinos near I-395 - Mapyro
    Welcome to 군산 출장마사지 the City of I-395! Casino and Resort - Mapyro, the 평택 출장안마 place where all the 사천 출장샵 fun comes 동두천 출장샵 together! Mapyro 동두천 출장안마 Casino and Resort. Mapyro

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Praktikum Boraks

Laporan Formalin